Hidup Mulia Bersama Al-Qur’an

“…Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa…” Al-Ḥujurāt [49]:13

Kemuliaan seseorang dinilai berdasarkan ketakwaannya

Setiap orang ingin hidup mulia. Mulia di mata sesama manusia dan terhormat di mata Sang Pencipta. Apabila merujuk kepada firman Allah yang termaktub dalam surah al-Hujurat ayat 13 di atas, kemuliaan manusia di mata Allah dinilai dari segi ketakwaannya. Dengan demikian, semakin tinggi ketakwaan seseorang, maka semakin mulia di sisi-Nya.

Esensi dari ketakwaan yaitu rasa takut kepada Allah. Sedangkan manifestasinya adalah melaksanakan segala yang diperintah dan menjauhi segala yang dilarang. Maka, kemuliaan seseorang terletak pada seberapa sungguh-sungguh ia dalam mematuhi perintah agama. Apa saja yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya dikerjakan dan apa yang dilarang ditinggalkan.

Orang yang bertakwa menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk jalan

Orang yang bertakwa mengetahui arah jalan dan tujuan hidup. Tanpa ada keraguan sedikitpun dalam dirinya untuk menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk. Ia meyakini sepenuh hati firman Allah Swt, “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa,” (Al-Baqarah  [2]:2).

Karena al-Qur’an merupakan kalam Sang Maha Pencipta yang mutlak kebenarannya, maka siapapun yang berpegang teguh dengannya tidak akan tersesat selamanya. Baginda Rasulullah saw menegaskan, “Sesungguhnya Alquran ini ujungnya terhubung di tangan Allah dan ujung yang lain terhubung di tangan kalian, maka pegang teguhlah ia, karena kalian tidak akan tersesat dan binasa setelah itu selamanya.” (HR Ibnu Hibban No. 122)

Cara menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup

Agar manusia dapat menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup tidak ada jalan kecuali ia harus memahaminya. Tentu saja untuk bisa memahaminya diperlukan terlebih dahulu membacanya, kemudian memahami maknanya dengan membaca terjemah dan tafsirnya, mempelajari ilmu-ilmu yang diperlukan untuk memahami isi kandungan ayat-ayat al-Qur’an. Dalam hal keterbatasan ilmu dan pengetahuan tentang maksud dari ayat-ayat yang dibaca, maka kita tidak perlu segan untuk bertanya kepada ahli ilmu yang dianggap kompeten di bidangnya.

Baca Juga :  Memungut Mutiara dari Samudra Al-Fatihah

Memang, tidak semua orang punya waktu dan kesempatan yang cukup untuk mempelajari ilmu-ilmu al-Qur’an secara utuh. Menurut imam as-Suyuti dalam kitab al-Itqan, ada 80 cabang ulumul Qur’an yang perlu dikuasai untuk dapat menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Di antara ilmu-ilmu tersebut yang perlu dikuasai adalah: ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu balaghah, asbabun nuzul, ayat makkiyah, ayat madaniyah, dan lain sebagainya.

Meraih kemuliaan bersama al-Qur’an

Suatu hal yang menakjubkan, manusia menduduki posisi paling mulia di mata Allah manakala ia hidup bersama al-Qur’an. Baginda Nabi saw menjelaskan, “sebaik-baik kalian adalah yang belajar dan mengajarkan al-Qur’an.” (HR. Tirmidzi).

Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa orang yang ingin meraih kedudukan terhormat di sisi Allah, hendaklah ia melakukan dua hal, pertama; mempelajari al-Qur’an dengan sungguh-sungguh hingga ia dapat memahaminya dengan baik dan benar, lalu mengamalkannya. Kedua; sebagai bentuk tanggung jawab sosial dari keilmuan yang dimiliki, ia berkewajiban menyampaikannya kembali kepada orang lain.

Imam Syafii berkata,

مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ عَظُمَتْ قِيْمَتُهُ وَمَنْ نَظَرَ فِي الفِقْهِ نَبُلَ مِقْدَارُهُ وَمَنْ تَعَلَّمَ اللُّغَةَ رَقَّ طَبْعُهُ وَمَنْ تَعَلَّمَ الحِسَابَ جَزُلَ رَأْيُهُ وَكَمَنْ كَتَبَ الحَدِيْثَ قَوِيَتْ حُجَّتُهُ وَمَنْ لَمْ يَصُنْ نَفْسَهُ لَمْ يَنْفَعْهُ عِلْمُهُ

“Barang siapa belajar Al-Qur’an, mulialah kedudukannya. Barang siapa mendalami fikih, kedudukannya makin mulia. Barang siapa mempelajari bahasa Arab, lembutlah tabiatnya. Barang siapa belajar hisab (perhitungan), kuatlah pendapatnya. Sebagaimana siapa saja yang mempelajari hadits, kuatlah argumennya. Siapa saja yang tidak menjaga dirinya (dari maksiat), maka ilmunya tidaklah bermanfaat.”

Alasan yang dapat dipahami akal sehat, mengapa kemuliaan digapai oleh orang yang belajar dan mengajarkan al-Qur’an, karena ilmu yang dipelajari dan diajarkan berupa kalamullah yang berisi petunjuk jalan keselamatan khususnya untuk orang yang bertakwa dan bagi umat manusia secara keseluruhan. Oleh sebab itu, bagi siapapun yang ingin hidup mulia, jadilah orang bertakwa yang giat belajar al-Qur’an (dengan segala cabang ilmunya) dan mengajarkannya kepada orang lain, kemudian menjadikannya sebagai pedoman hidup guna meraih keselamatan di alam dunia dan di alam baka. (UNS)

Baca Juga :  Berapa Nilai Diri Kita di Sisi Allah?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *